Minggu, 01 September 2013

Dalam rangka bersih desa dan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 68, Karang Taruna dan Tokoh Masyarakat Padukuhan Pager, Desa Logandeng, Playen mengadakan kendurenan, Senin (26/08/2013). Warga masyarakat nampak antusias mengikuti acara tersebut.
Ketua panitia Widodo mengatakan, tradisi ini sebagai rasa puji syukur kita terhadap leluhur dan berdoa agar di beri keselamatan oleh Tuhan. Acara tersebut diikuti 5 padukuhan meliputi Pager, Plembon Kidul, Plembon Lor, Logandeng dan Jalakan.
“Disamping itu kita bekerja sama dengan Disbudpar Prov DIY mengadakan Turnamen Bola Voli, jatilan, hiburan elekton, dan pentas seni ketoprak dari disbudpar dengan dana sebesar 15 juta, donatur dan swadaya masyarakat” dan total pengeluaran sebesar lebih dari 42 juta. Berikut laporan panitia Pesta Rakyat Padukuhan Pager Tahun 2013
Kebudayaan tradisional merupakan akar dari refleksi perkembangan peradaban kehidupan masyarakat di dunia, begitu pula di Indonesia . Indonesia yang memiliki kurang lebih tiga ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki kebudayaan tradisional yang unik/khas telah lama menjadi sorotan bangsa-bangsa lain yang menganggap Indonesia sebagai tempat yang paling sesuai untuk menjadi tujuan wisata dan penelitian kebudayaan. Adanya arus modernisasi , dikuatirkan akan mengikis wujud kebudayaan tradisional yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu kekayaan nasional bangsa Indonesia. Persoalan yang kemudian timbul adalah ketika fenomena ini dihadapkan pada realita masyarakat yang cenderung tidak memiliki keantusiasan dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan tradisional yang dimilikinya. Demam globalisasi seolah-olah membuat masyarakat lupa bahwa mereka memiki harta yang tak ternilai harganya. 
Masyarakat Padukuhan Pager, Desa Logandeng, Kecamatan, Playen, Kabupaten Gunungkidul Sebagai wujud dan aksi nyata dalam usaha-usaha pelestarian budaya  akan menyelenggarakan PESTA RAKYAT DAN GELAR BUDAYA, dimana, dalam kegiatan ini akan menampilkan ragam kesenian, dan turnamen olahraga
Rencana atau program kerja kebudayaan ini diberi nama “PESTA RAKYAT DAN GELAR BUDAYA” yang merupakan ajang pelestarian budaya, menampilkan potensi daya tarik wisata di Desa Logandeng, dan pengenalan budaya daerah khususnya kebudayaan Jawa kepada generasi muda.

Adapun tema kegiatan “ PESTA RAKYAT DAN GELAR BUDAYA” adalah “Dengan Seni dan Budaya Kita Wujudkan Masyarakat Yang Mandiri dan Bermartabat”. Event ini diadakan dalam rangka  membangkitkan semangat masyarakat untuk mencintai budaya sendiri dan turut aktif untuk melestarikannya dan sebagai daya tarik wisata pedesaan.

Maksud dan tujuan digelarnya kegiatan ini adalah :  
  1. Menumbuhkan semangat kehidupan warga Padukuhan Pager, untuk selalu bekerja keras, mengembangkan sikap solidaritas dan gotong royong serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang khalik atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya. 
  2. Memperkenalkan budaya tradisional kepada generasi muda dan memberikan hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat Padukuhan Pager dan Sekitarnya. Sehingga diharapkan budaya tradisional semakin dicintai dan eksis di tengah budaya modern/barat.  
  3. Sebagai upaya pelestarian budaya  yang sekarang ini mulai tergeser oleh budaya luar.  
  4. Sebagai event pesta rakyat dan wisata budaya tahunan di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Jenis-jenis kegiatan meliputi : (1) Turnamen Bola Voli Lima Padukuhan sektor utara Desa Logandeng (2) Pentas keseni. Kegiatan dilaksanakan di Padukuhan Pager dari tanggal 14 s.d 26 Agustus 2013.
1.      Turnamen Bola Voli
No
Jenis Lomba
Waktu Pelaksanaan
Peserta
Juara
1
Voli Putri
14 – 24 Agustus 2013
1.   Padukuhan Pager
2.   Padukuhan Plembon Kidul
3.   Padukuhan Plembon Lor
4.   Padukuhan Logandeng
5.   Padukuhan Jalakan
1 Jalakan
2 Plembon Lor
3 Logandeng
2
Voli Putra
14 – 24 Agustus 2013
1.   Padukuhan Pager
2.   Padukuhan Plembon Kidul
3.   Padukuhan Plembon Lor
4.   Padukuhan Logandeng
5.   Padukuhan Jalakan
1 Pager
2 Logandeng
3 Plembon Kidul
2.      Pentas Kesenian
No
Tanggal
Uraian Kegiatan
1
25 Agustus 2013
Pentas Seni
(Campursari “Evata” Dari Padukuhan Pager)
2
26 Agustus 2013 (Siang)
1.   Pesta Rakyat (rasulan)
2.   Jatilan “Kridho Prasojo“ Dari Paten/Lopati, Trimurti, Srandakan Bantul
3
26 Agustus 2013 (Malam)
Pentas Kesenian
Ketoprak “Kridho Pambudiraharjo” Dari Karang Taruna Desa Logandeng dengan bintang tamu Rabies cs dari Yogjakarta

Foto Kegiatan Pesta Rakyat 2013
Penyerahan Piala Bergilir Oleh Kepala Desa Kepada Ketua Panitia

Pembukaan Turnamen Bola Voli antara Tim Putra Pager vs Tim Putra Logandeng
Pentas Kesenian Putra-Putri Padukuhan Pager

Elektone Evata

Drumband SD N Plembon

Jatil Kridho Prasojo

Jatil Kridho Prasojo

Penonton Jatil Kridho Prasojo

Jatil Kridho Prasojo

Kenduri

Kenduri

Pentas Seni Tari

Penyerahan Hadiah Juara Turnamen Bola Voli Putri

Penyerahan Hadiah Juara Turnamen Bola Voli Putra

Undian Tempat Penyelenggaraan Bersih Desa Tahun 2014


Ketoprak Kridho Pambudiraharjo Bersama Rabies

Ketoprak Kridho Pambudiraharjo Bersama Rabies

Parogo Ketoprak Kridho Pambudiraharjo

Ketoprak Kridho Pambudiraharjo

Rabu, 28 Agustus 2013

Sejarah Ketoprak - Ketoprak merupakan salah satu kesenian rakyat di Jawa Tengah yang cukup digemari oleh masyarakat setempat. Ketoprak lahir di Solo sekitar akhir abad XIX dan awal abad XX. Ada pula yang mengatakan bahwa ketoprak berasal dari kota Yogyakarta.

Hatley (2008: 19-20) merujuk pendapat Wijaya dan Sutjipto tentang sejarah awal lahirnya ketoprak. Dikatakan bahwa ketoprak muncul pada pertengahan akhir abad XIX di daerah pedalaman antara kota Surakarta dan Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1977, ketoprak mulai dikembangkan sebagai bentuk hiburan musikal di beberapa daerah di Jawa, yang dipentaskan pascapanen atau dalam suatu perayaan masyarakat. Musik kothekan digunakan untuk mengiringi pertunjukan tersebut, yaitu dengan menggunakan lesung dan alu. Pertunjukan tersebut dilangsungkan pada malam hari. Satu atau dua orang memukul lesung, beberapa orang memanggil penduduk desa yang lain, beberapa orang yang datang ikut memukul lesung, dan ada pula yang menari. Awal mulanya seperti itu. Lalu pada akhir abad XIX diberi cerita sederhana. Alat musik pun diperbanyak dengan menambahkan kendang, seruling, dan tamburin.

Hatley tidak bisa memastikan apakah pertunjukan tersebut sudah disebut ketoprak atau belum. Hanya disebutkan bahwa istilah ketoprak diambil dari suara pukulan (kethok) yang menghasilkan suara prak prak prak yang berirama.

Menurut sumber lain, nama ketoprak memang diambil karena iringan musiknya berbunyi “prak” sehingga dipakailah nama ketoprak. Konon, bunyi “prak” dihasilkan dari alat musik yang bernama “tiprak”.

Tidak banyak sumber resmi yang dapat dirujuk untuk mendeteksi definisi ketoprak. Jakob Soemardjo (1992: 60-62) hanya menyebutkan asal muasal ketoprak serta unsur-unsurnya tanpa memberikan definisi yang pasti tentang pertunjukan ketoprak. Menurutnya, ketoprak lahir sebagai sebuah kebiasaan masyarakat memainkan alat musik, bernyanyi, dan menari. Kebiasaan tersebut lalu diolah sedemikian rupa seiring dengan perjalanan waktu menjadi sebuah pertunjukan yang dinamakan ketoprak. Sumber lain mengatakan bahwa ketoprak adalah kesenian tradisional yang berupa pementasan drama yang mengangkat cerita-cerita tertentu, biasanya kisah legenda.

Ketoprak dianggap sebagai kesenian rakyat yang tidak adiluhung. Artinya, kesenian ini merupakan kesenian masyarakat rendah. Berbeda dengan kesenian wayang yang memang sangat adiluhung karena merupakan kesenian yang sangat digemari di kalangan kerajaan. Hatley (2008: 18) mengatakan “Ketoprak had no such courtly aura.” Hal ini disebabkan karena ketoprak dipentaskan dengan menyajikan cerita-cerita legenda dan kerajaan pada masa lalu dalam bentuk tradisi lisan yang berkembang di lapisan masyarakat rendah dengan menyampaikan tema-tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut dan dikemas secara lucu.

Eko Santosa, dkk (2009: 30) mengatakan bahwa salah satu unsur yang paling menonjol dalam ketoprak adalah penggunaan unggah-ungguh bahasa Jawa. Di sana ada tiga tingkatan bahasa Jawa yang digunakan, yaitu ngoko (biasa), krama, dan krama inggil.

Kasim Ahmad sebagaimana dikutip oleh Herman J. Waluyo (2006: 73) mengklasifikasikan teater tradisional menjadi tiga, yaitu teater rakyat, teater klasik, dan teater transisi. Sementara ketoprak masuk dalam kategori teater rakyat. Disebutkan pula bahwa salah satu sifat teater rakyat adalah improvisasi, sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat.

Dalam tulisannya yang lain, Kasim Ahmad (1999: 267) menyebutkan ciri-ciri teater tradisional yang lain. Salah satu ciri yang esensial dari teater tradisional ialah proses kreatifnya yang didukung oleh sistem kebersamaan, tidak ada penonjolan ndividu sebagai pencipta karya. Teater tradisional didasarkan pada intuisi para pemainnya. Ciri penting yang lain dalam teater tradisional yaitu konsep pertunjukan yang multi media ekspresi yang terpadu.

Berdasarkan uraian di depan, dapat dipahami bahwa ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional (teater rakyat) yang lahir dan berkembang di Jawa Tengah yang mengetengahkan cerita-cerita kehidupan rakyat, juga sering berupa cerita legenda, dipadukan dengan unsur tarian, tembang, dan iringan musik.

Ketoprak “Kridho Pambudiraharjo"

Kebudayaan tradisional merupakan akar dari refleksi perkembangan peradaban kehidupan masyarakat di dunia, begitu pula di Indonesia . Indonesia yang memiliki kurang lebih tiga ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki kebudayaan tradisional yang unik/khas telah lama menjadi sorotan bangsa-bangsa lain yang menganggap Indonesia sebagai tempat yang paling sesuai untuk menjadi tujuan wisata dan penelitian kebudayaan. Adanya arus modernisasi , dikuatirkan akan mengikis wujud kebudayaan tradisional yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu kekayaan nasional bangsa Indonesia. Persoalan yang kemudian timbul adalah ketika fenomena ini dihadapkan pada realita masyarakat yang cenderung tidak memiliki keantusiasan dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan tradisional yang dimilikinya. Demam globalisasi seolah-olah membuat masyarakat lupa bahwa mereka memiki harta yang tak ternilai harganya.

Pada Hari Senin (26/08/2013) Masyarakat Padukuhan Pager, Desa Logandeng, Kecamatan, Playen, Kabupaten Gunungkidul Sebagai wujud dan aksi nyata dalam usaha-usaha pelestarian budaya  akan menyelenggarakan PESTA RAKYAT DAN GELAR BUDAYA, dimana, dalam kegiatan ini akan menampilkan berbagai kesenian tradisional diantaranya Ketoprak “Kridho Pambudiraharjo" yang semua pemainnya merupakan warga dari Desa Logandeng dengan menampilkan bintang tamu RABIES.

Antusias warga dalam menyaksikan pertunjukan ketoprak ini sangat luar biasa, dari berbagai wilayah di sekitar Padukuhan Pager berbondong-bondong untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.






















Minggu, 25 Agustus 2013

Dalam rangka memeriahkan Bersih Dusun di Padukuhan Pager Tahun 2013, Panitia Bersih Dusun Padukuhan Pager mengadakan Turnamen Bola Voli yang di Ikuti oleh 5 Padukuhan Sektor Utara yaitu Padukuhan Logandeng, Plembon Lor, Plembon Kidul, Jalakan dan Pager.

Sambutan Ketua Panitia Pembukaan Turnamen Bola Voli Padukuhan Pager 2013

Sambutan Kepala Desa Logandeng

Best Player Pria dan Wanita

Juara I/II/III Turnamen Bola Voli Wanita

Juara II/III Turnamen Bola Voli Pria

Juara I Padukuhan Pager Turnamen Bola Voli 2013

Selasa, 09 Juli 2013

Senin, 01 Juli 2013

Padukuhan Pager, Launching Blog Padukuhan Pager dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan dan aktifitas masyarakat Padukuhan Pager, Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Blog ini Berisikan kegiatan dari LPMP, Karang Taruna, Keagamaan, Kegiatan RT, Kesenian, Pembangunan, Pertanian Umum, Pendidikan, PKK, Kesehatan. Semoga informasi yang ada dapat membantu.

Rabu, 26 Juni 2013


Rabu, 12 Juni 2013

1.    Visi dan Misi
Visi : MEWUJUDKAN PADUKUHAN PAGER YANG SEJAHTERA MANDIRI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERSATU, DEMOKRASI SERTA DINAMIS.

Misi : Meningkatkan Kierja Perangkat Padukuhan dan Lembaga Padukuhan, Meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia, dan Mendayagunakan Sumber Daya Alam

2.    Kondisi Geografis
a.    Umum
Ø  Luas Wilayah                                                       : 57 Ha
Ø  Tanah Pekarangan                                              : 30 Ha
Ø  Tanah Tegalan                                                    : 25 Ha
Ø  Tanah Kas desa                                                  : 2   Ha

b.    Batas Wilayah      
Ø  Sebelah Utara                                                     : Desa Gading
Ø  Sebaelah Timur                                                   : Padukuhan Plembon Lor
Ø  Sebelah Selatan                                                  : Padukuhan Plembon Kidul
Ø  Sebelah Barat                                                      : Desa Bandung

c.    Kondisi Geografis
Ø  Ketinggian dari Permukaan Laut                         :     150-200 m
Ø  Banyaknya Curah Hujan                                     :     2.489,91 mm /tahun
Ø  Suhu Udara Rata-rata                                         :     27,7 0C

d.    Kependudukan
1)     Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin :
Ø  Laki-laki                                                  : 232 jiwa
Ø  Perempuan                                            : 255 jiwa
Ø  Jumlah Penduduk                                  : 487 jiwa
2)     Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama :
Ø  Pemeluk Agama Islam                          : 418 jiwa
Ø  Pemeluk Agama Kristen                        : 2 jiwa
Ø  Pemeluk Agama Katholik                      : 68 jiwa

Ø  Pemeluk Agama Hindu                         : 3 jiwa