Alu adalah kayu panjang untuk menumbuk padi. Sedangkan lesung
adalah kayu panjang yang dibuat seperti perahu, sebagai tempat untuk
padi yang ditumbuk. Alu dan lesung memang alat untuk memisahkan padi
dari tangkainya. Namun, di tangan ibu-ibu petani, alu dan
lesung bisa menciptakan irama musik yang indah yang disebut gejog lesung.
Musik yang tercipta dari alu yang ditumbukkan ke lesung ini terkenal dengan sebutan Gejog Lesung. Dulu, Gejog Lesung
sering dimainkan saat terang bulan purnama. Gejog Lesung dimainkan
sebagai wujud syukur atas hasil panen padi yang melimpah. Para petani
berterima kasih kepada Dewi Sri
sebagai dewi padi.
Kini, Gejog Lesung hanya dimainkan jika ada upacara-upacara tertentu, seperti bersih desa, pesta panen, atau menyambut tamu. Sesekali, Gejog Lesung juga dilombakan untuk menyambut perayaan tertentu, seperti HUT Kemerdekaan Indonesia. Salah satu contoh Kesenian Gejog Lesung yang sedang dimainkan saat menyambut Tim Penilai Lomba Pengaggungan HUT RI ke-70 di Padukuhan Pager.
Ada Legenda Gerhana Bulan yang bercerita tentang Gejog Lesung. Konon, ada Raksasa Kala Rahu yang ingin makan Bulan. Ketika Nini Thowong yang menjaga Bulan sedang tertidur, Raksasa Kala Rahu berhasil memakan separuh Bulan. Maka, masyarakat pun membuat bunyi-bunyian, termasuk memukulkan alu ke lesung. Nini Thowong pun terbangun, lalu memanah Raksasa Kala Rahu, sehingga Bulan terbebas kembali.
Gejog Lesung tidak bisa dimainkan sendirian. Biasanya, ada 12 ibu-ibu
yang memainkan Gejog Lesung. Lima atau enam orang yang memainkan Gejog
Lesung. Sisanya menyanyi dan menari sambil membawa tampah.
Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu tradisional seperti Gundul-Gundul Pacul, Lumbung Pari,
atau Caping Gunung
. Kadang Gejog Lesung
juga diiringi oleh tabuhan gamelan Jawa.
Sumber Text : http://www.kidnesia.com
0 komentar:
Posting Komentar